Kata ‘memantaskan diri’ erat dikaitkan dengan......jodoh.
Yup, memang, pernikahan itu bukanlah sebuah jenjang yang bisa dilalui dengan
mudah. Akan banyak tanggung jawab besar yang dihadapi ke depannya, maka banyak
yang harus dipersiapkan dan prosesnya bisa disebut sebagai proses ‘memantaskan
diri’.
Aku sangat setuju dengan pemaknaan di atas. Tapi, mungkin,
aku memiliki pemaknaan lain dalam memaknai kata ‘memantaskan diri’.
Menurutku, memantaskan diri dapat dimaknai secara
luas. Memantaskan diri adalah proses yang harus (karena mau-tidak-mau)
dilakukan oleh semua manusia dalam segala aspek kehidupan.
Ketika aku mengajar, maka aku akan mencari bahan
yang akan ku sampaikan. Aku tidak bisa datang ke kelas sekedarnya tanpa adanya
persiapan. Jika aku datang tanpa belajar terlebih dahulu, bisa-bisa aku salah
memberikan informasi. Bisa-bisa aku menyesatkan.. aku harus memantaskan diri menjadi soerang guru dalam versi terbaik.
Ketika aku dihadapkan dengan seorang dosen. Maka aku
harus mengerti bagaimana cara nya ia mengajar, agar aku dapat dengan maksimal
menyerap materi yang beliau disampaikan. Aku juga harus mempelajari
karakteristik dosen tersebut, bagaimana aku dapat memiliki hubungan yang baik
dengannya. Bagaimana aku bisa berkonsultasi dengannya.. aku harus memantaskan diri menjadi mahasiswa yang baik.
Ketika aku menginginkan diri untuk lulus dengan
nilai baik dan dalam tempo waktu yang cepat. Maka aku harus banyak belajar..banyak
membaca. Aku mesti mendisiplinkan diri.. aku memantaskan diri untuk menjadi seorang sarjana.
Ketika aku menginginkan diri untuk bekerja disuatu
tempat. Maka aku harus mengikuti segala rangkaian proses penerimaan. Aku harus
mempersiapkan diri terlebih dahulu.. aku memantaskan diri agar 'pantas' diterima oleh tempat dimana aku ingin bekerja.
Segala proses yang dilalui dalam hidup ini adalah proses
memantaskan-diri, memantaskan
diri menurutku adalah segala proses yang dilalui dalam mencapai apa yang diinginkan.
Bahkan sedari kecil sebagai manusia, kita terbiasa
memantaskan diri kita untuk mencapai sesuatu.
Misalnya, ketika dulu aku ingin sama seperti orang
lain, bisa bermain sepeda, maka aku harus melalui proses jatuh, menabrak dan
tidak menyerah dalam melatih diri.
Dari sudut pandang ini, aku menyadari semangat
memantaskan diri sebenarnya sudah ditanamkan sejak lahir dalam diri setiap
insan. Konteks memantaskan-diri menurutku bukanlah hanya terbatas dalam konteks
pernikahan. Tetapi dalam segala konteks-kehidupan. Sesudah menikah pun, tetap
harus memantaskan diri untuk menjadi pasangan yang baik, menjadi menantu yang
baik, menjadi tetangga yang baik, menjadi orangtua yang baik dan terus
berlanjut dalam segala detailnya sampai kematian menjemput.
Pada akhirnya, konsep memantaskan-diri adalah konsep
besar dalam kehidupan. Sebuah konsep yang dihadirkan oleh Tuhan (pasti) dengan
tidak sia-sia. Menurutmu apa maksud utama dalam memantaskan-diri? Menurutku,
konsep memantaskan-diri dihadirkan agar kita terus-menerus berproses menjadi pribadi yang baik agar kelak dapat kembali menemui-Nya dalam
keadaan yang sebaik-baiknya.
No comments:
Post a Comment