Ramadhan Journey: Bermunajat Bersama di Musyawarah Mahasiswa

Hari itu, merupakan hari pertama musyawarah mahasiswa (mumas) himpunan jurusan ku. Setelah beberapa waktu berkutat dengan Lembar Pertanggung Jawaban akhirnya hari itu tiba. 

Mumas sendiri dimulai sejak pukul sepuluh, tapi aku belum juga mendapatkan giliran untuk maju ke depan untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kulalui sebagai sekretaris umum selama satu periode, padahal hari sudah petang. Sembari deg-degan menunggu giliran untuk maju, aku membuka buku kecil berwarna kuning dari tas.

"Itu apa Shin?" Tanya seorang yang duduk di sebelahku tiba-tiba.

"Oh.. Ini Al-Matsurat, doa-doa nya Rasulullah, Mey.."

Meyuni merupakan teman satu jurusanku. Kami memang tidak terlalu sering mengobrol karena kami berada di kelas yang berbeda (jadwal pun berbeda). Namun, ia pun aktif di himpunan dan menjabat di bidang penalaran dan keilmuan. Ia memang non-islam, beragama Budha. Jadi pantas saja dia tidak mengetahui buku ini.

"Ooh.." responnya.

"Aku juga mau ikutan ah!" Lanjutnya cepat membuatku terkejut.

Ia lantas merogoh sebuah buku dari tasnya, sama-sama berwarna kuning meski warnanya tidak secerah warna bukuku, namun ukurannya lebih besar dari buku yang ku pegang. Tertulis "Sadhana Maha Welas Asih Avalokitesvara Sebelas Muka Seribu Tangan" di bagian paling depan buku tersebut.



"Itu apa Mey?" Kini giliranku yang bertanya.

"Sama. Ini buku doa-doaku"

Tidak lama.. Lantas kami berdua tenggelam dalam buku masing-masing selama beberapa menit. Bermunajat-bersama. Di tempat yang sama, ruangan mumas. Bahkan bersebelahan. Pada Tuhan yang berbeda. 

Dalam hati, aku begitu bersyukur atas respon yang ia berikan padaku. Respon yang begitu tidak biasa kuterima. Ku kira ia akan lantas beralih fokus hanya untuk menanyakan apa isi buku ini. Alih-alih hal itu malah mendonggak semangat-nya untuk bermunajat juga.

Fastabiqul Khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan. Tidak mesti melulu satu agama.. Sama-sama mengejar kebaikan meski mungkin akhirat yang kami percayai, berbeda.

Setelah kami berdua selesai dengan buku masing-masing. Akhirnya, kami sedikit berbincang perihal agama masing-masing.

"Mey, menurut kamu.. pernah gak kamu mikir orang islam itu beribadah berlebihan?"

Aku menanyakan ini, karena selama ini sering mendengar banyak opini bahwa orang yang berislam itu biasanya berlebihan dalam beribadah: Entah dari pakaian, atau dari amalan yang ia lakukan dalam keseharian."Biasa aja deh, yang kayak gitu biasanya malah jadi sesat, jadi sok alim, jadi teroris.", seakan dengan berislam justru mendekatkan kepada hal-hal negatif.

"Enggak" Jawabnya yakin.

"Justru aku lebih menghargai orang islam yang lebih mengaplikasikan keislamannya dalam kehidupannya."

"Kenapa?"

"Aku kagum mereka memegang erat nilai-nilai yang dipercayai dari Tuhannya."

"Malah, aku kagum sama temen satu tempat tinggalku. Bangun dini hari, lagi ngantuk-ngantuknya padahal jam segitu, cuma buat solat, bermunajat sama Tuhannya. Itu kan gak gampang." lanjutnya.

Aku mengangguk-ngangguk. Opini dari seseorang yang berbeda agama nya memang jarang sekali ku dapatkan.

"Kalau soal orang-orang yang solat tepat waktu nya, kayak udah adzan gak lama langsung solat, pandangan kamu gimana Mey?" Tanyaku menyindir diriku sendiri, aku kerap kali melalai-lalaikan urusan ibadah yang satu ini :(. Masih banyak ini waktunya... selesaiin urusan yang ini dulu. atau orang lain juga belum solat nanti kalo solat duluan disangka gimana lagi. Malu. Aku memang payah. Mikirin yang beginian. Cu.puk. Harusnya sih malu nya sama Allah, Shin. :'

"Kenapa? Kan gak ada yang salah? Ya solat dulu aja." ucapnya enteng menusuk qolbu :')

"Kalau soal yang cadar, Mey? Kamu takut? Kan banyak stereotype yang gak enak soal cadar." Kebetulan mumas dilaksanakan dekat dengan peristiwa rentetan bom oleh terorisme. Dan di media memang sedang up mengenai cadar. Pun ada video yang ku tonton perempuan bercadar tifak diperbolehkan menaiki angkutan umum karena masyarakat merasa takut.

"Enggak, kenapa Shin? Biasa aja" jawabnya ringan.

Lantas kami larut dalam perbincangan kami (Sorry Mumas:'D). Melanjutkan perbincangan mengenal agama masing-masing.

"Point of Order!" Ucap salah satu teman yang duduk lebih depan beberapa kursi tidak jauh dariku mengacungkan jari.

"Pesiapan buka puasa sebentar lagi, sekalian solat. sampai setengah tujuh" lanjutnya pada presidium, lantas disetujui oleh peserta sidang.

Dan pembicaraan kami hari itu berakhir disitu. Sebuah perpektif mengenai keislaman dari sudut pandang non islam. mengenai penghargaan. yang kujadikan sebuah intropeksi diri. sebuah intropeksi bagi opini-opini yang selama ini aku dengar. bagi kaum islam sendiri yang sering menganggap aneh islam. padahal bukan melakukan sebuah dosa.

Setelah menikmati menu berbuka. Pikiran ku melayang, teringat hari-hari dimana aku baru mengenal Meyuni. Dua tahun yang lalu. Ketika sedang menjalani ospek jurusan tahap dua: public relation. Di ospek tahap ini kami diharuskan tampil menarik, menggunakan make up, gel rambut bagi laki-laki, baju rapih, heels dan sepatu pantofel.

kala itu, selepas menunaikan solat Maghrib aku duduk di salah satu tempat yang disediakan oleh panitia. Kebetulan saat itu orang yang duduk di sebelahku adalah Meyuni.

"Kalian enak ya, Shin." ucapnya tiba-tiba

"Apa Mey?"

"Iya solat 5x sehari. Seger. Apalagi ada kegiatan kayak gini. Kalo aku kan enggak.."

Ucapannya berhasil membuatku merenung, ketika banyak (khususnya kaum hawa) yang malas untuk menunaikan solat karena malas touch up make up karena terhapus air wudhu, ia malah melihatnya dari sisi lain, enak, katanya. Ketika banyak alasan umat muslim tidak melaksanakan solat dengan beribu alasanya, ada non-muslim yang memandang solat itu justru sesuatu yang baik.

Ah. Mey. Aku bersyukur bertemu orang sepertimu.
Let's live together.
Unity in diversity.

-
-

Ramadhan Journey: Ramadhan 1939 H, sangat berkesan bagi ku. Bulan Ramadhan yang produktif, alhamdulillah Allah memberikan ku kesibukan dan di dalamnya banyak pelajaran yang bisa di ambil. Aku banyak belajar dari orang-orang yang ku temui secara sengaja maupun gak di sengaja. Banyak juga punya waktu me-time. Perjalanan fisik dan pikiran, yang ingin ku bagikan. Semoga bermanfaat. Semoga bisa bertemu Ramadhan berikutnya, aamiin yarabal alamin.

No comments:

Post a Comment