Bagian Diri



Pernah tidak bertanya pada diri sendiri tentang hal apa yang membuat diri kita merasa tidak hidup kalau sehari saja tanpa hal tersebut? Hal-hal lain selain kebutuhan dasar sebagai manusia seperti makan, minum, olahraga dan lainnya. Kebutuhan akan sesuatu yang tidak semua orang sama kebutuhannya.

Di hari karantina ke sekian pandemi covid-19 ini.
Aku menyadari ada satu kegiatan yang membuatku hidup: Menulis dengan jari sendiri. Aku tidak bisa hidup tanpa buku catatan.

Sebenarnya hal ini sudah ku sadari di bulan Juli tahun lalu tapi diingatkan lagi di karantina ini.

Saat mengontrak mata kuliah Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kala itu, aku hanya berbekal baju dan buku untuk dibaca dalam kebutuhan satu bulan. Di minggu pertama mengikuti KKN merupakan waktu-waktu adaptasi dengan lingkungan dan teman baru. Aku tidak merasakan ada keanehan dalam diri yang tidak menulis. Masuk minggu ke-dua, aku tiba-tiba merasa hampa. Aku merasa malas menjalani hari. Aku bertanya-tanya apa yang hilang dalam diri tapi tidak kutemukan. Sampai akhirnya,

"Ada yang mau nitip? Aku mau ke alfamart." Tawar seorang teman satu hari.

Mendengar tawaran itu, aku lantas memintanya membeli buku catatan kecil beserta pulpen. Aku tidak tahu kenapa, yang terpikirkan di otakku adalah aku ingin menulis.

Uniknya, setelah menulis. Rasa hampa itu hilang, lebaynya, aku merasa hidup kembali.
Hal ini juga terjadi beberapa waktu yg lalu.
Ceritanya, aku mencoba melepaskan diri dari aktivitas menulis. Mumpung sedang dalam karantina. Lagipula, buku catatanku tertinggal di kosan, sedangkan aku sudah di rumah.

Hasilnya, berantakan. Hidup jadi tidak terarah. Meski sudah meniatkan dalam hati, kegiatan-kegiatan yang direncanakan tidak terlaksana kalau tidak ditulis di buku catatan. Aku sudah mencoba menulis di catatan yang ada di hp, bahkan saling berkoordinasi mengirimkan list kegiatan dengan seorang teman. Tapi ternyata tidak berhasil. Selain itu, isi otak juga terasa penuh, karena tidak dicurahkan lewat tulisan (aku biasanya menumpahkan apa isi hatiku dengan menulis).

Sebenarnya ketika aku menyebut menulis, bukan berarti aku menulis cerpen atau hal-hal yang 'wah'.
Aku menulis apapun: curhat, kontemplasi, rencana kegiatan, ide, bahkan dulu waktu sekolah selalu menulis rangkuman, kalau tidak, biasanya aku menulis ulang apa yang dipelajari di hari itu. Kalau tidak menulis, aku tidak akan paham. Kalau menulis, aku akan lebih paham.

Aku baru menyadari ternyata sudah sebegitu dalamnya bersandar dalam aktivitas menulis. Aku mulai rajin menulis sedari SD, menulis cerpen dan curhatan dengan awalan seperti anak perempuan pada umumnya "dear diary". Hanya saja dulu, aku tidak seberani ini untuk mempublish beberapa tulisanku. 

Jangan salah sangka. Aku tidak pintar nulis. Well, aku harap bukan tidak tapi belum.
Hanya, dengan melakukannya aku menjadi lebih terarah.

Tulisan yang ku buat sering sekali terdapat banyak salah tulis, banyak salah diksi, dsb.
Banyak sekali orang-orang di luar sana, yang bisa menulis lebih baik.

Sejujurnya, sekilas, sebelum menulis catatan ini aku terpikir "wah shin kamu sombong banget bilang gak bisa hidup tanpa menulis" hahaha. 
Rasanya malu, ada yg lebih pantas untuk berkata seperti itu. Orang-orang yang memang dikenal sebagai penulis. Yang biasa berbagi tulisannya.

Tapi, kini aku tahu, aku tidak perlu menjadi "siapa" dulu, untuk melakukan sesuatu.
Meski banyak di luar sana orang yang lebih pantas untuk mengatakannya, tapi ini juga fakta dari diriku sendiri. Bagian dari diriku yang baru kutemukan dalam usaha mengenal diri sendiri.

Karena pada akhirnya, aku tidak butuh orang lain menerima tulisanku, meski aku akan sangat bersyukur jika ia membaca bahkan menerimanya. Lebih dari itu, menulis membantuku untuk hidup. Ia menyembuhkanku. Ia menyemangatiku. Hanya itu.

Lantas, bagaimana denganmu? hal apa yang membuatmu menjadi hidup?

No comments:

Post a Comment