Tempat Berlindung


Beberapa waktu yang lalu, aku menonton liputan mengenai Sesar lembang.

"Bahaya nih", pikirku waktu itu.

Kemudian, sempat terpikir untuk mencari tempat kerja di luar Bandung. Rencananya, setelah lulus, (awalnya) aku ingin menetap di kota ini. Tapi setelah menonton liputan tsb. Ada keraguan, meski Bandung merupakan kota yang begitu nyaman. Apa artinya nyaman kan kalau hidup ada dalam bahaya?

Hmmm... Apa aku tinggal di Jakarta aja ya? atau di Jogja aja?

"Semuanya sama aja, Shin.. Dimana-mana itu bahaya.", Ujar temanku, lembut, mengingatkan.

Aku terdiam, lantas mengangguk tersadar.

YaAllah..

Aku merasa.. aku sama seperti orang yang takut untuk pergi menggunakan pesawat karena ada pemberitaan mengenai kecelakaan pesawat.

Yang karena ketakutannya akan berita kecelakaan pesawat tersebut, akhirnya memilih jalur darat untuk bepergian. Karena ber-'asumsi' akan lebih aman jika menggunakan jalur darat dibanding jalur udara.

Padahal... sama saja.
Berapa banyak kecelakaan darat yang menewaskan?




Pun, kalau aku tidak pergi kemana-mana dan hanya berdiam diri di rumah.

Sama saja. Bahaya itu bisa saja datang.

Nyatanya, rumah juga bukanlah tempat yang bisa disebut aman secara 'absolut'.

Meski rumah selalu diidentikan dengan tempat yang 'aman'.

Tidak ada yang menjamin keamanan 100 %.

Berapa banyak orang yang mati terkena reruntuhan atap rumahnya ketika terjadi gempa bumi? 

Berapa banyak orang yang mati di atas kasurnya?


Jadi, dimana pun aku. Bahaya bisa selalu mengintai.

Tidak ada tempat yang benar-benar aman.

Tidak ada tempat yang bisa betul-betul disebut sebagai tempat berlindung.

Karena dimana-mana ada bahaya.

Dan apapun dapat terjadi.

Kita selama ini dapat hidup dengan aman.

Bukan karena tempatnya yang membuat kita aman.

Dimanapun tempat yang melindungi hanya perantara.

Dari Tuhan yang Maha Pengasih.

No comments:

Post a Comment