Ramadhan Journey: Tenggelam dalam Kesia-siaan

Ramadhan tahun ini memberikan banyak pembelajaran bagiku.

Hari itu, hari ke-sekian ramadhan. Aku terdiam, memandangi benda yang harusnya (dari dulu) ku-prioritaskan dalam hidup.

Detik itu, aku bertanya pada diriku sendiri. "Kamu kemana aja selama ini, Shin?"

Ya, benda itu adalah Al-Qur'an. Sebuah buku tebal dengan cover pink dan ungu. Sebuah buku pemberian teman saat umur-ku menginjak tahun ke-18.

Tahun ini, aku men-set goals Ramadhan, berusaha menjadikannya nyata tanpa omong-kosong. Salah satu goal nya, seperti banyak orang, ada di dalam buku ini.

Walaupun pasti si merah datang bulan ini. Aku berusaha menekadkan diriku, Pasti bisa!

Nyatanya di ramadhan tahun ini, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku....begitu sibuk.

Laporan Pertanggung Jawaban akhir kepengurusan, UAS tertulis, UAS Project, dan segala kegiatan di luar kampus. Saking padat nya, bahkan aku jarang sekali tidur di kosan, aku tidur di rumah/kosan teman, tidur di sini, dan di sana. 

Ketika pulang ke kosan, hal yang pertama kali aku lakukan adalah mencari sebuah tabung kecil, sebuah minyak angin aromatik, untuk menghilangkan pegal-pegal.   

Bahkan beberapa teman mulai protes karena aku sangat slow respond

"Slow Respond, sabar." tulisku di status message line. Karena seringkali mendapat spam chat. Aku bahkan sering lupa untuk membuka hp. Hanya beberapa waktu kubuka, ketika aku merasa butuh menghubungi seseorang dan ketika aku akan tidur.

Memangnya sesibuk itu? Aku pikir, selama menjalani hidup, aku tidak pernah merasakan sesibuk itu. Itu yang pertama kali.

Tapi, dalam kesibukan itu karena aku bertekad. Aku jadi berusaha menyempatkan diri untuk membuka Al-Qur'an. Mumpung bulan Ramadhan, mumpung bulan pengampunan. 

Bukan karena aku baik, melainkan..

Dalam beberapa bulan terakhir, aku mengalami sebuah keterpurukan. Saking terpuruknya, aku mengalami sakit 3x dalam kurun waktu sebulan. Yang mana setiap sakitnya dibutuhkan masa pulih selama 3-7 hari.

Sebelumnya, ada sebuah kejadian dalam hidupku dan sangat sukses menamparku.

Dalam keterpurukan itu, aku merasa bahwa diriku adalah manusia yang paling hina dan paling kotor.

Tidak terbayang dalam benakku, bagaimana kiranya jika aku mati saat keadaan seperti ini.

Maka bulan ramadhan adalah momen yang ingin ku menangkan.

Salah satu nya dengan mendekatkan diri ke Al-Qur'an.


Ramadhan tahun ini memberikan banyak pembelajaran bagiku.

Hari itu, hari ke-sekian ramadhan. Aku terdiam, memandangi benda yang harusnya (dari dulu) ku-prioritaskan dalam hidup.

Dalam diam, lalu lintas di dalam otakku padat merayap.

"Apa yang selama ini ku prioritaskan dalam hidup?" tanyaku membatin.

Aku meringis, mendengar jawaban dari batinku sendiri.

Handphone. Sebuah benda kecil yang selalu ku genggam. Benda yang selalu kusempatkan untuk membuka nya. Baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit. Baik ketika ada yang menghubungi, baik ketika ingin menghubungi, pun ketika tidak dihubungi dan tidak ingin menghubungi siapapun.

Scroll up dan scroll down, tak henti-henti.

Instagram. Line. Whatsapp. Dan lainnya..

Menghabiskan waktu yang kupunya.

Aku melihat diriku di bulan ini. Sibuk. Tapi ternyata masih memiliki waktu, jika menyempatkan, ternyata sempat untuk berinteraksi dengan Al-Qur'an.

Lantas, ku buka benda yang selama ini seringkali ku genggam, "Slow Respond, sabar" baca ku melihat status message line sendiri.

Ah..

Barangkali, aku selalu seperti ini kepada Al-Qur'an.

Barangkali, aku selalu slow respond pada perintah Sang Maha Kaya untuk membaca nya.

Barangkali, aku membuka Al-Qur'an di saat aku merasa aku butuh menghubungi Sang Khalik saja. Hanya ketika butuh, selain dari sedikit waktu yang kusisakan dalam sehari untuk membukanya.

Aku merasa begitu sibuk dengan aktivitas ku, sehingga hanya menyisihkan sedikit waktu untuk  membacanya.


-

Ramadhan tahun ini memberikan banyak pembelajaran bagiku.

Hari itu, hari ke-sekian ramadhan. Aku terdiam, memandangi benda yang harusnya (dari dulu) ku-prioritaskan dalam hidup.

Kurasakan pegal di badan. Sebuah senyum tersungging tidak terasa, Alhamdulillah bulan ini waktu ku tidak banyak terbuang tidak jelas.

"Memangnya biasanya apa yang selama ini kulakukan ketika lapang?" pikirku kembali menggerayang.

Handphone
Bukan,
Selain itu.
Oh. 
Drama korea. 

Kali ini senyum ku menjadi kecut. Ternyata terlalu banyak waktu yang kubuang untuk menonton nya.

Kadar nya bukan lagi sekedar menjadi hiburan. Melainkan, menjadi penggerogot waktu.

Lagi ah. Satu Episode lagi ah..

Ah mungkin.
Anime juga. 

 وَالْعَصْرِ
wal ‘ashr

1. Demi masa.

إِنَّ الْإِنسٰنَ لَفِى خُسْ
innal insaana lafii khusr

2. Sungguh, manusia berada dalam kerugian,

إِلَّا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِالصَّبْرِ
illal ladziina aamanuu wa’amilus shoolihaati watawaashoubil haqqi watawaashoubis shobr
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.

Dalam diam, aku berkaca diri, merasa ditipu oleh diri, selama ini merasa menggunakan waktu dengan baik.
Nyatanya aku adalah orang yang lalai akan waktu yang kupunya.

Berapa banyak waktu yang ku habiskan untuk berinteraksi dengan Allah melalui Al-Qur'an? dibanding dengan berapa banyak waktu yang ku habiskan sia-sia?

Dalam kekecewaan diri, terlintas kalimat yang pernah kubaca:
"Betapa banyak manusia yang lalai sementara kain kafan nya sedang di tenun?" - Imam Syafii
-

Ramadhan tahun ini memberikan banyak pembelajaran bagiku.

Hari itu, hari ke-sekian ramadhan. Aku terdiam, memandangi benda yang harusnya (dari dulu) ku-prioritaskan dalam hidup.

"Bulan ini alhamdulillah Allah kasih kesibukan" gumamku.

Lantas teringat beberapa waktu sebelumnya aku mengeluhkan segala kelelahanku.

Mengeluh seakan beban yang dijalani pantas di sebut 'berat'.

Kini, jika boleh memilih.

Aku ingin terus menjadi sibuk. Seperti ini.

Meski dalam kesibukan itu,  aku sering kali diri meringis. Pengen istirahat yaAllah..

Nyata nya aku hanya kurang bersyukur.

وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا
  waja’alnaa nawmakum subaataan
“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.” (QS.An-Naba: 9). 

Ya. Aku masih punya waktu untuk tidur, bahkan sebelum tidur aku sempat membuka hp (mendapatkan hiburan). Scroll up dan scroll down selama beberapa menit. 

Aku pun masih punya waktu untuk bersendagurau bersama teman-teman.

24 jam itu waktu yang panjang, tapi seringkali aku merasa waktu dalam sehari itu sempit.

Faktanya, bukan waktu yang sempit. Melainkan, aku yang tidak bisa memproduktifkan waktu.

Seakan sempit, karena banyak waktu yang kugunakan dalam kesia-siaan.

Benar sebuah tulisan yang sempat kubaca di line.

Bahwa waktu luang adalah ancaman besar.


-

Ramadhan tahun ini memberikan banyak pembelajaran bagiku.

Hari itu, hari ke-sekian ramadhan. Aku terdiam, memandangi benda yang harusnya (dari dulu) ku-prioritaskan dalam hidup.

Lantas aku berdiri, bersiap melanjutkan aktivitasku.

Menyadari Ramadhan akan segera berakhir.

Dan menyemogakan hasil muhasabah ini akan ku terapkan.

Hingga (InsyaAllah) kematian menjemput.

 Aamiin Yarabal alamin







Ramadhan Journey: Ramadhan 1939 H, sangat berkesan bagi ku. Bulan Ramadhan yang produktif, alhamdulillah Allah memberikan ku kesibukan dan di dalamnya banyak pelajaran yang bisa di ambil. Aku banyak belajar dari orang-orang yang ku temui secara sengaja maupun gak di sengaja. Banyak juga punya waktu me-time. Perjalanan fisik dan pikiran, yang ingin ku bagikan. Semoga bermanfaat. Semoga bisa bertemu Ramadhan berikutnya, aamiin yarabal alamin.

No comments:

Post a Comment