Pembual

Akhir-akhir ini saya sering merutuki diri, karena sering terlalu percaya kepada ucapan manusia. Sebegitu terpengaruhnya -tanpa sadar- padahal namanya juga manusia, bisa aja cuma berbasa-basi (karena merasa gak enak), bisa aja berbohong. Bukan dalam hal-hal besar, melainkan hal-hal kecil.

"Kenapa ya manusia suka bohong?" Tanya diri, di suatu malam. Sembari menyadari, mungkin saya pantas terkena bualan karena memang saya sempat (bahkan ternyata sering) berbual.

Bualan.. akan waktu. Bualan.. akan alasan. Atau bualan, omong kosong akan janji-janji kecil lain, iya seakan kecil padahal tetap Janji.

'Ketemu jam 10 ya!' Ah bualan, omong kosong, Jam 11 baru datang.
'Gak bisa datang soalnya gak ada yang jemput' Ah bualan, omong kosong, Padahal bisa naik motor sendiri.

Terkena bualan orang lain, sukses menampar saya. Sedih rasanya, menyadari saya sebal sama sesuatu yang nyatanya pun saya lakukan. Sedih, menyadari sebegitu bobroknya saya dalam perihal ucapan. Lidahmu itu pantas dipotong berapa kali di akhirat kelak, Shin?

Semakin sedih saya menyadari, ternyata saya gak bisa mengelak, memang saya ini pembual ulung!
Karena saya sering sekali membual bukan hanya terhadap manusia, tapi juga begitu berani nya pada Sang Pencipta.


إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمْحْيَايَ وَمَمَاتِيْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ 
Inna solati wanusuki wamahyaya wammamati lillahi rabbil’alamin. 
Merupakan doa yang dibaca tiap sholat, doa iftitah (Surah Al-An'am ayat 162) yang beberapa waktu lalu saya renungi setelah membacanya.

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Wah, bener tuh Shin? Hidupmu digunakan hanya untuk Allah? Berapa sering kamu melanggar perintah Allah pakai hidupmu yang katanya digunakan hanya untuk Allah itu? Berapa sering kamu melakukan sesuatu bukan karena Allah melainkan untuk making a great impression? Berapa kali kamu minta maaf sama Allah bilang bakal taubat, tapi dilakuin lagi? Pembual. 
Kamu jalan aja bahkan jarang banget mikir apa Allah Ridho sama langkahmu. Kamu ketawa aja suka asyik sendiri, lupa, Allah ridha atau enggak sama kamu. Pembual! Pembual Ulung!

Allah. Yaa Ghafar.

Semoga Allah mengampuni dosa hamba-Nya yang pembual ini. Baik berbual pada-Nya, pun pada makhluk-Nya yang bisa jadi menyisakan luka di hati nya. (Saya minta maaf sangat, dear pembaca yang pernah saya bual)

Bantu saya selalu mengingat, bahwa diberi omong kosong itu gak enak sama sekali.

Bantu saya selalu mengingat, bahwa seharusnya hidup hanya untuk Allah, lancang sekali saya membual untuk keuntungan diri sendiri melainkan Allah murka.

2 Syawal 1939 H
Taqaballahu Minna Wa Minkum.
Mohon maaf lahir dan batin, teman-teman.

No comments:

Post a Comment